Sedikitnya ada 200 orang lebih yang melakukan aksi kali ini (17/10/2018). Warga masyarakat tetap bersikukuh bahwasanya penutupan tambang milik CV. Akar Mas ini adalah harga mati.
Aksi masa ini dikawal ketat oleh aparat keamanan, Tampak kehadiran Wakapolres Banjarnegara yang turut mengondusifkan situasi agar tidak terjadi hal hal yang tidak diinginkan. Kordinator aksi Farid Hamidi (34) memastikan aksi kali ini bentuk upaya penolakan warga masyarakat Desa Gentansari pada CV. Akar Mas Wonosobo yang sudah beroperasi sejak selasa (15/10/2018) lalu. Pihaknya juga menuturkan bahwasannya dengan beroperasinya perusahanan tambang stone crusher ini dipastikan dapat berdampak pada lingkungan, kesehatan masyarakat, serta minat wisatawan untuk datang ke destinasi wisata gunung Tampomas yang menyuguhkan panorama keindahan alam, ujarnya.
Sejauh ini, yang turut serta dalam aksi tolak tambang stone crusher milik CV. Akar Mas merupakan warga masyarakat dari dusun mendingin RT 01, RT 02, RT 03 serta siswa siswi dari SDN 2 Gentansari yang secara wilayah hanya berjarak kurang dari 150 meter dari area tambang. Sehingga dampak untuk kedepannya akan terasa betul jika oprasi penambangan ini tetap dilakukan. Kendati CV. Akar Mas sejak bulan januari 2018 silam telah melakukan mediasi dengan warga dusun mendingin pada khususnya, hal tersebut tidak merubah kesepakatan warga bahwasanya Penutupan Tambang tersebut adalah harga mati.
Terlebih dari itu, Tokoh pemuda desa Gentansari Andika (33), juga menuturkan jika operasi penambangan tetap dilakukan pihaknya akan menerjunkan masa yang lebih banyak lagi untuk memberikan efek jera terhadap perusahan tambang tersebut. Pihaknya juga menuturkan, hingga saat ini CV. Akar Mas belum mengantongi ijin prinsip beroperasi sehingga pihaknya beserta warga masyarakat benar benar optimis akan kemenangan ditutupnya oprasi tambang tersebut.
Hingga saat ini, beberapa kelompok pemuda akan bersikap pasif dan menunggu respon dalam bentuk apapun dari CV. Akar Mas. Tapi ketika operasi masih terus berjalan dan dilanjutkan, dengan terpaksa aksi masa akan terus dilakukan sembari menyita kunci kunci alat berat agar tidak dapat digunakan kembali.
Seperti yang kita ketahui bersama, dusun Mendingin merupakan salah satu kampung iklim percontohan bentukan warga masyarakat yang betul betul sadar akan lingkungan, dengan dukungan dari Dinas Lingkungan Hidup kabupaten Banjarnegara. Aktivis lingkungan yang turut serta dalam aksi tersebut adalah Pawit Wahono (26), juga menegaskan selain dampak lingkungan, kesehatan, juga sosial kemasyarakatan yang akan berdampak kebisingan bagi warga masyarakat, menganggu KBM di institusi pendidikan terdekat dari wilayah tambang tersebut. Belum lagi dampak sosial dari ketertarikan pengunjung wisata yang hendak mengunjungi destinasi wisata gunung Tampomas. Sejauh ini, Pawit wahono beserta kelompok aktivis lingkungan tetap menolak adanya operasi perusahana tambang stone crusher tersebut, sembari pihaknya juga terus mengkaji dari sisi hukum, perijinan, hingga amdal yang akan terdampak di dusunnya.
Hingga saat ini, pihak pemerintah desa dirasa belum menanggapi secara serius permasalahan ini. Dukungan langsung justru datangnya dari pihak kecamatan hingga kabupaten. Dari kondisi tersebut tidak menyurutkan warga masyarakat yang turun aksi pada hari ini, dengan harapan harga mati untuk menutup tambang tersebut.