Singkongan, jenis permainan tradisional yang sudah semakin terkikis oleh perkembangan teknologi. Sudah sangat jarang melihat bocah-bocah kecil berkeliaran bermain permainan tradisional di tanah lapang. Si kecil kini telah banyak terinfeksi oleh gadget, game modern menjadi makanan keseharian mereka.
Beruntunglah saya ketika beberapa waktu yang lalu melintasi sebuah desa di Bawang dan menemui gerombolan bocah kecil yang sedang asik bermain singkongan. Mereka menyebut permainan ini dengan cilungan, berbeda lagi jika di tempat saya (Punggelan paling ujung barat berbatasan dengan Purbalingga) dikenal dengan nama kingkongan, hahaa. Mungkin karena jaman dulu penyebarannya masih dari mulut ke mulut dan kuping gak selalu benar mendengar, jadi agak beda nama tapi inti permainannya sama aja.
Permainan singkongan hampir sama dengan petak umpet, hanya saja yang membuat beda pada permainan ini adalah adanya sebuah target yang harus dirobohkan. Sudah ingat?
Targetnya adalah sebuah piramida yang disusun dari 3 batang singkong, sebenarnya gak harus batang singkong si, batang atau tangkai pohon apapun diperbolehkan. Setiap pemain harus memiliki senjata masing-masing, biasanya adalah sendal atau sebatang tangkai kecil.
Mula-mula harus menentukan siapa sang pemain penjaga piramid. Caranya dengan menentukan nomer urut memakai aturan hompimpa untuk merobohkan piramid yang telah disusun. Setelah itu, dari jarak tertentu (sesuai kesepakatan) satu-persatu mencoba merobohkan piramid dengan melempar menggunakan senjata masing-masing. Nah, penjaganya adalah seorang setelah siapa saja dari urutan tersebut berhasil merobohkan piramid. Jika urutan pertama berhasil merobohkan piramid, maka urutan kedua yang menjadi pemain penjaga.
Setelah piramid roboh, pemain penjaga mulai menyusun kembali piramid tersebut. Sementara pemain yang lainnya berhamburan mencari tempat persembunyian. Pemain penjaga harus menemukan seluruh pemain yang bersembunyi sebelum mereka berhasil merobohkan piramid tersebut. Yang unik adalah penjaga harus berlari melompati piramid dan menyebut nama pemain disusul kata singkong (“Andre Singkong”) ketika menemukan persembunyian dan melihat mereka.
Jika piramid telah bisa dihancurkan sebelum seluruh pemain ditemukan oleh penjaga, geme over, dimulailah lagi permainan dengan pemain penjaga tetap tidak diganti. Tapi jika sang penjaga bisa menemukan seluruh pemain dan berhasil mempertahankan piramid tetap utuh, maka dimulailah lagi permainan dengan sang pemain penjaga diganti oleh pemain yang ditemukan pertama kali.
Gimana? sudah bernostalgia membayangkan asiknya masa kecil kalian?
(Lur, Wa, Lik, Pak, Bu, Bro, Mas, Mbak, Dek) Ayo pulanglah ke Banjarnegara, kita main singkongan lagi. Lucuti sejenak gadget yang kita miliki. Hilangkan spaneng dari penat dan hiruk pikuknya kehidupan ini.
Kangennya masa kecil yang ngak bisa terulang lagi.
Bahagia banget walau dulu, main ama temen ngak harus punya uang buat beli gadget seperti pada saat ini.