“Membaca adalah melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis, baik itu dengan melisankan atau hanya dalam hati.” (KBBI V Luar Jaringan, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia).
“Cuma perlu satu buku untuk jatuh cinta pada membaca. Cari buku itu. Mari jatuh cinta.” (Najwa Shihab via Instagram)
“Membaca itu kehidupan. Kadang kamu bisa tahu masa depan, kadang kamu bisa merasakan masa kelam dengan membaca, dan lebih-lebihnya membaca bisa membuat pikiran lebih open-minded,” ujar Tri Mei atau biasa dipanggil Mew selaku founder Komunitas Baca Bersama (KOBAR) ketika ditanya tentang membaca.
Budaya membaca buku di Indonesia menurut beberapa hasil survei yang dilakukan oleh beberapa organisasi dan instansi memang masih sangat rendah. Penelitian yang dilakukan UNESCO pada tahun 2012, bahwa minat baca masyarakat Indonesia baru 0,001 %. Di antara 250 juta penduduk Indonesia, hanya 250 ribu yang punya minat baca. Selanjutnya pada tahun 2015, Kajian Perpustakaan Nasional (dilakukan penelitian di 12 provinsi dan 28 kabupaten/kota di Indonesia) menyatakan minat baca masyarakat termasuk dalam katagori rendah (25,1). Pada tahun yang sama, 2015, World’s Most Literate Nations, Central Connecticut State University (penelitian dilakukan 2003-2014) merilis tentang Literasi Indonesia berada di peringkat ke-60, posisi kedua terbawah dari 61 negara yang diteliti. (Sumber Harian Kompas, Selasa 7 Februari 2017)
Melihat hasil survei seperti itu memang sangat menghawatirkan. Padahal pada masa perjuangan kemerdekaan para aktivis pejuang kemerdekaan memliki budaya baca yang sangat tinggi. Terbukti dari para aktivis pejuang mempunyai pemikiran yang visioner dalam membangun bangsa ini.
Tapi, enggak usah terlalau khawatir dengan hasil survei yang seperti itu. Lebih baik mari mulai menanamkan budaya membaca buku pada diri sendiri. Tidak susah kok. Asal mau mencoba.
Enggak usah bingung pula mencari teman yang mau mewadai kalian untuk berlatih membudayakan membaca buku. Sekarang sudah mulai banyak komunitas dan gerakan untuk membudaykan membaca buku yang bermunculan di media social ataupun di lingkungan masyarakat.
Salah satunya KOBAR, Komunitas Baca Bersama. Sebuah komunitas baca buku yang berdomisili di Banjarnegara. Lewat program Two Weeks One Book (TWOB), KOBAR mengajak anggota untuk membaca satu buku dalam waktu dua minggu. Bukunya pun dibebaskan, tergantung minat dan selera masing-masing anggota.
Program ini menurut saya bersifat kesadaran dari masing-masing anggota. Ketika kita masuk menjadi anggota, secara tidak langsung kita sudah berkomitmen menerapaka program TWOB pada diri kita sendiri.
Kita pun enggak akan dicek atau diperikas oleh angota lainnya apakah kita benar-benar membaca buku atau tidak. Kita hanya mengunggah foto buku yang kita baca dan me-review-nya sedikit di grup whatsapp. Pokoknya, inti dari program ini adalah kesadaran membudayakan membaca buku pada diri kita sendiri.
Tertarikkah kalian untuk bergabung dengan komunitas ini? Tertantangkah kalian untuk menjalankan program TWOB ini? Enggak ada salahnya mencoba hal baru.
Menurut Toshinori Kato, seorang sepesalis otak dan pendiri Sekolah Otak di Jepang dalam bukunya Otak Ideal Makin Berumur, Makin Brilian, “Semakin banyak pengetahuan dan pengalaman kita, maka fungsi otak juga akan berkembang semakin maksimal.”